Minggu, 02 Oktober 2011

Morfologi


Morfologi adalah ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dengan demikian, peme­rian morfologi akan berwujud inventarisasi morfem afiks, peme­rian segi morfofonemiknya, dan inventarisasi makna gramatikal sebagai akibat dari proses afiksasi. Morfologis adalah bagian dari kajian morfoligi, yakni ilmu yang mempelajari mengenai bentuk kaidah bahasa. Adapun proses morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari kesatuan yang lain yang merupakan bentuk dasarnya ( Ramlan: 1979). Bentuk dasar sendiri bisa berupa kata, seperti kata "berjalan" yang dibentuk dari kata "jalan, kata "menulis" dibentuk dari kata "tulis," "gedung-gedung" dari kata "gedung." Mungkin juga berupa pokok kata, atau istilah lainnya prakatagorial, misalnya kata "bertemu" dari pokok kata "temu," kata "mengalir" dari kata "alir;" mungkin berupa frase, misalnya frase "ketidakadilan" dibentuk dari frase tidak "adil."
1.     Proses-proses morfologi
Dalam bahasaIndonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu :
1)      Proses pembubuhan afiks (afiksasi)

2)      Proses pengulangan (reduplikasi)

3)      Proses pemajemukan.
Disamping tiga proses morfologis diatas, dalam bahasa Indonesia sebenarnya masih ada satu proses lagi yang disebut dengan proses perubaan zero. Proses ini hanya meliputi sejumlah kata tertentu, yakni kata yang termasuk golongan kata verbal transitip, seperti : makan, minum, minta, dan mohon, yang semuanya adalah kata verbal transitif (kata verbal yang dapat diikuti oleh objek dan dapat diubah menjadi kata verbal pasif). Misalnya:
             Membeli         => dbeli
             Memperbaiki  => diperbaiki
             Makan            => dimakan
             Minum           => diminum
·         derivasi zero dalam proses ini leksem menjadi kata tunggal tanpa perubahan apa‑apa:
                leksem derivasi zero kata
                tunggal tunggal
           contoh: leksem lupa menjadi kata lupa tanpa perubahan apa‑apa.
·         afiksasi.. dalam proses ini Ieksem berubah menjadi kata kompleks.
Proses Pembubuhan Afiks (Imbuhan)
            Proses pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata. Misalnya pembubuhan afik ber- pada kata jalan menjadi berjalan. Pada sepeda menjadi bersepeda.
Bentuk tunggal => terdiri dari satu morfem, misalnya : makan, minum.
Bentuk kompleks => terdiri lebih dari satu morfem : rumah makan, berlari,.
Kata berlari terdiri dari dua morfem yakni morfem [ber-] dan morfem [lari].
Satuan yang dilekati afiks atau yang menjadi dasar pembentukan bagi satuan yang lebih besar disebut bentuk dasar, dalam contoh di atas kata jalan adalah bentuk dasar dari berjalan, kata sepeda adalah bentuk dasar dari kata bersepeda.
·         reduplikasi: dalam proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks dengan bebcrapa macam       proses pengulan­gan.
Proses Pengulangan (Reduplikasi)
Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan suatu gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan tersebut disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dibentuk dari kata dasar rumah, kata ulang berjalan jalan dibentuk dari kata berjalan kata ulang bolak balik berasal dari kata balik.
Akan tetapi kita sering terkecoh dengan bentuk yang mirip dengan kata ulang, tetapi susunguhnya bukanlah kata ulang, jika dilihat dari tinjauan deskriptif. Misalnya kata-kata berikut: sia-sia, huru-hara, mondar-mandir. Kata-kata tersebut bukanlah kata ulang, karena sebenarnya tidak ada satuan atau kata dasar yang diulang. kata sia-sa bukan berasal dari kata dasar sia, karena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak ada kata dasar sia, begitupun dengan kata huru-hara, dan kata mondar-mandir.

·         pemendekan: dalam proses ini leksem atau gabungan leksem meniadi kata kompleks atau akronim      atau singka­tan dengan pelbagai proses pemendekan.
     Ada beberapa jenis pemendekan:
    (a) pemenggalan
    (b) kontraksi
                    (c) akronim
                    (d) penyingkatan.
Dalam pemenggalan dan kontraksi inputnya adalah leksem tunggal dan outputnya kata kqmpleks seperti terdapat pada afiksasi dan reduplikasi, jadi dapat digambarkan sebagai beri­kut:
leksem afiksasi kata
tunggal reduplikasi kompleks
pemenggalan
     (a) leksem lupa menjadi kata melupakan setelah mengalami afiksasi dengan me‑ dan ‑kan.
(b) leksem rumah menjadi kata rumah‑rumah setelah mengalami reduplikasi.
(c) leksem ibu menjadi kata bu setelah mengalami pemendekan dalam bentuk pemenggalan.
(d) leksem tak dan leksem akan menjadi takkan setelah mengalami kontraksi.
leksem tunggal
akronim akronim
penyingkatan singkatan
leksem tunggal
Contoh:
(a) leksem peluru dan leksem tunggal kendali menjadi akronim rudal.
(b) Ieksem republik dan leksem Indonesia menjadi singkatan RI.
Singkatan dan akronim itu secara gramatikal berstatus kata.
derivasi balik: dalam proses ini inputnya leksem tunggal, dan outputnya berupa kata yang secara histo­ris muncul kemudian dari asalnya itu. Kejadiannya seperti afiksasi).
·         perpaduan: dalam proses ini dua leksem atau lebih berpadu dan outputnya adaiah paduan leksem; dan bagan­nya adalah:
leksem tunggal
paduan kata
perpaduan leksem majemuk
leksem tunggal
Contoh:
Leksem daya dan leksem juang menjadi dayajuang sebagai paduan leksem dalam tingkat morfologi atau kata majemuk dalam tingkat sintaksis.
Kata majemuk yang dihasilkan oleh proses perpaduan yang bersifat morfologis berbeda dari frasa yang merupakan peng­gabungan kata yang bersifat sintaktis.
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia menurut Harimurti Kridalaksana dapat bersifat rekursif: sebuah leksem atau lebih setelah mengalami proses morfologis menjadi kata, dan unsur ini kemudian dapat mengalami proses morfologis lagi dan menjadi kata “baru” (lihat juga Brown 1984:66). Berubahnya leksem menjadi kata disebut proses gramatikalisasi, dan kembalinya kata menjadi unsur Icksikal lagi itu disebut proses leksikalis­asi.
2.     Lingkup kajian morfologi
Menempatkan kata sebagai objek kajian yang terbesar dan morfem sebagai objek kajian yang terkecil . dengan demikian, satuan gramatik morfem dan kata menjadi objek kajian morfologi.
Contoh :
Tulis = morfem
Meng- , -an = morfem terikat
Menulis, tuulisan = kata bentukan polimorfemis
Secara umum satuan gramatik terdiri atas :
1.      Wacana
2.      Paragraph
3.      Kalimat
4.      Klausa
5.      Frasa
6.      Kata
7.      Morfem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar