Minggu, 30 Oktober 2011


A.  Afiks Kombinasi dari Bahasa Asing
Dalam pertumbuhan bahasa Indonesia, banyak imbuhan baru atau serapan dari bahasa daerah, terutama dari bahasa-bahasa asing. Imbuhan-imbuhan tersebut sangat produktif, lebih banyak tampil dalam surat kabar-surat kabar atau karya ilmiah.
1. Bentuk awalan dari bahasa Asing:
Awalan maha = sangat/besar, pra = sebelum (= pre), swa = sendiri, dan dwi = dua, dsb., merupakan contoh-contoh awalan dari bahasa Sanskerta.
Contoh:
(a). Para mahasiswa sedang melakukan penelitian di Gunung Merapi.
(b). Zaman prasejarah manusia belum mengenal tulisan.
(c) Pembanguan pertanian bertujuan menciptakan swasembada pangan.
(d) Kita harus terus menjaga agar dwiwarna selalu berkibar di bumi nusantara.
Selain itu dijumpai pula kata-kata bilangan lain: eka darma, trimurti, caturkarya, pancasila, dsb.
2. Bentuk akhiran dari bahasa Asing
a. Akhiran –wan, -man, -wati.
Akhiran –wan, -man, -wati berasal dari bahasa Sanskerta. Akhiran tersebut menunjukkan jenis kelamin. Akhiran –wan, dan –man menyatakan jenis kelamin laki-laki, sedangkan –wati menunjukkan jenis kelamin wanita. Akhiran tersebut membentuk kata benda.
Makna akhiran –wan, -man, dan –wait adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan orang yang ahli
Misalnya : ilmuwan, rohaniwan, dan budayawan, sastrawan, dsb.
2. Menyatakan orang yang mata pencahariannya dalam bidang tertentu
Misalnya : karyawan, wartawan, dan industriwan
3. Orang yang memiliki sifat khusus
Misalnya : hartawan dan dermawan
4. Menyatakan jenis kelamin
Misalnya : karyawan (laki-laki) dan karyawati (perempuan)
b. Akhiran –i, -wi, -iah,
Akhiran ini berfungsi membentuk kata sifat berasal dari Arab. Terdapat juga akhiran –in, dan –at yang berfungsi membentuk kata benda.
Perhatikan contoh-contoh berikut:
1. alami, badani, insani, hewani, artinya menyatakan ‘bersifat ….’
2. duniawi, manusiawi, dan surgawi, artinya menyatakan ‘bersifat….’
3. jasmaniah, ilmiah, harfiah, rohaniah, artinya ‘mempunyai sifat….’
4. Muslimin, mukminin, hadirin, dan muktamirin merupakan penunjuk jamak tak tentu pria dan wanita.
5. muslimat, mukminat, mualimat, dan sebagainya merupakan bentuk penunjuk jamak untuk wanita.
c. Akhiran –er, -al, -ik, -if, -is, -isme, -isasi, -logi, dan –or.
Imbuhan asing tersebut berasal dari bahasa Barat.
Perhatikan contoh-contoh berikut:
1. Tuti bekerja sebagai tenaga honorer di Bank Mandiri (bersifat honor)
2. Secara materiil, Tini tidak sebanding dengan Tuti (bersifat materi)
3. Cerita Hang Tuah termasuk cerita yang heroik (bersifat hero atau kisah kepahlawanan)
4. Kalau berbicara itu harus obyektif (berdasarkan objek)
5. Indonesia menolak anggapan Australia bahwa Indonesia tidak selektif dalam mengimpor barang. (berdasarkan seleksi)
6. Kolonialis Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun. (bersifat koloni)
7. Kita harus memiliki semangat nasionalisme. (bersifat nasional atau kebangsaan)
8. Sudah lima tahun Budi Harsono memimpin organisasi sosial. (hal yang bersangkut paut dengan)
9. Bu Ida mengajar biologi di sekolah kami. (ilmu/pengetahuan tentang)
3. Fungsi dan Makna Afiks dari bahasa Asing
a. Fungsi dan Makna Afiks dari bahasa Inggris
Kalau kita perhatikan afiks dari bahasa Inggris dapat membentuk kata benda menjadi kata sifat seperti afiks -is dan membentuk kata benda menjadi kata benda abstrak seperti afiks -is –isme dan afiks –isasi. perhatikan contoh-contoh berikut ini. Marhaenis memiliki sifat atau jiwa marhaen. Agamais maknanya memiliki sifat taat kepada agama. Sapta Margais memiliki makna mempunyai sifat patuh kepada Sapta Marga.
Afiks –isme berfungsi untuk membentuk kata benda menjadi kata benda abstrak. Misalnya, suku + -isme menjadi sukuisme; Pancasila + -isme menjadi Pancasilaisme; Bapak + -isme menjadi Bapakisme; Marhaen + -isme menjadi Marhaenisme. Adapun makna yang dinyatakan adalah ‘hal yang berhubungan dengan bentuk dasarnya’. Jadi, sukuisme bermakna ‘hal yang berhubungan dengan suku (kesukuan)’. Pancasilaisme bermakna ‘hal yang berhubungan dengan Pancasila’. Marhaenisme bermakna ‘hal yang berhubungan dengan Marhaen’.
Seperti halnya –isme, afiks –isasi yang diserap dari bahasa Inggris juga berfungsi membentuk kata benda abstrak. neon + isasi menjadi neonisasi. turi + -isasi menjadi turinisasi. Lele +-isasi menjadi lelenisasi. Swasta + -iasasi menjadi swastanisasi. Adapun makna yang dinyatakan adalah ‘hal yang berhubungan dengan pemasangan neon’. Turinisasi ‘hal yang berhubungan dengan penanaman turi’. Lelenisasi ‘hal yang berhubungan dengan pemeliharaan lele’. Swastanisasi bermakna ‘hal yang berhubungan dengan perubahan status menjadi swasta’.
b. Fungsi dan makna afiks dari bahas Arab
Apabila diperhatikan afiks-afiks bahasa Arab yang produktif, maka dapatlah diketahui bahwa afiks-afiks itu berfungsi menjadi kata sifat. Misalnya:
badan + -i badani
gereja + -i gerejani
raga + -i ragawi
dunia + I duniawi
alam + -ah alamiah
badan + -ah badaniah
Adapun makna yang dinyatakannya adalah sifat yang berhubungan dengan bentuk dasar-dasarnya. misalnya badani adalah ‘sifat kebadanan’, gerejani ‘sifat kegerejaan’, ragawi ‘sifat keragaan’, alamiah ‘sifat kealaman’, dan badaniah ‘sifat kebadanan’. Anda dipersilakan mencari contoh-contoh lainnya dan mengidentifikasikan dan makna afiks-afiksnya.
c. Fungsi dan makna afiks dari bahasa Sansekerta
Afiks-afiks produktif yang dipungut dari bahasa Sansekerta ternyata memiliki berbagai berbagai macam fungsi dan makna di dalam pemakaian bahasa Indonesia, seperti akan kita lihat satu persatu berikut ini.
Afiks –man, -wan, dan –wati berfungsi untuk membentuk kata benda baik dari dasar kata benda dan kata sifat. Misalnya :
seni + -man seniman
budi + -man budiman
karya + -wan karyawan
budaya + -wan budayawan
seni + -wati seniwati
karya + -wati karyawati
Secara semantis afiks –man, -wan, dan –wati bermakna agentif. Seniman bermakna ‘orang yang memiliki jiwa seni’. Budiman bermakna ‘orang yang berbudi’. Karyawan orang yang bekerja pada instansi, perusahaan, dan sebagainya. Budayawan bermakna ‘orang yang ahli atau mengabdikan diri dalam bidang kebudayaan’, seniwati, orang yang berkarya seni pada instansi atau perusahaan, dan sebagainya.
Afiks –wati selalu mengacu pada agen yang berjenis kelamin wanita, sedangkan –man dan –wan dapat mengacu kepada agen yang jenis kelaminnya pria dan wanita.
Afiks swa- berfungsi untuk membentuk kata sifat dari bentuk dasar kata kerja, misalnya swadidik, dari bentuk dasar kata benda, misalnya swakarya, swakarsa, swadaya, dan sebagainya, dari bentuk dasar kata sifat misalnya swasembada.
Adapun makna yang dinyatakan oleh afiks swa- ini adalah ‘sifat yang bersumber dari kemampuan sendiri’ Misalnya swadidik ‘pendidikan yang diperoleh dari diri sendiri bukannya dari pendidikan formal’, swakarya ‘karya sendiri’, swadaya ‘atas kemampuan sendiri’, dan swasembada ‘ kemampuan mencukupi sendiri.
Afiks para yang sangat produktif dalam pemakaina bahasa Indonesia berfungsi untuk membentuk kata benda dari dasar kata benda. Misalnya para mahasiswa, para karyawan, para tamu, dan sebagainya. Adapun makna yang dinyatakannya adalah ‘jamak’,. Jadi, para mahasiswa bermakna ‘banyak mahasiswa’ atau ‘mahasiswa-mahasiswa’, para tamu bermakna banyak tamu’ atau ‘tamu-tamu’.
Akhirnya afiks maha berfungsi untuk membentuk kata sifat dari dasar kata kerja dan kata benda. Adapun kata kerja yang dapat melekat pada afiks maha adalah kata kerja yang maknanya berhubungan dengan sifat Tuhan, misalnya maha mengetahui, maha mendengar, maha melihat, dan sebagainya. Selain dengan kata kerja, afiks maha dapat pula melekat dengan kata benda misalnya maha penyayang, maha pengasih, maha pemurah, dan sebagainya.
Dilihat dari segi maknanya, afiks maha ini menyatakan makna ‘paling’ atau ‘superlatif’ jadi, maha melihat bermakna ‘paling melihat’, maha mendengar ‘paling mendengar’, maha pengasih ‘paling pengasih’, maha penyayang ‘paling penyayang’, dan sebagainya.


B.  Akar Kata dari Bahasa Asing
Contohnya : antro                   antropologi
                                                anthropoid
                                                antropomorf
                     logos – log          logis
                                                dialog
                     philos-filos         filantropi (cinta akan sesama manusia)
                     phone-fon           telepon – telefon (suara/bunyi dari jauh)
                                                telegrap – telegraf (tulisan/tulisan dari jarak jauh)
chromos              kronologi (kejadian yang di urut berdasarkan urutan     waktu)
                           sinkronis (dalam satu waktu tertentu)
                           diakronis
port                     ekspor (membawa keluar)
                           inpor (membawa masuk)

2 komentar:

  1. TUlisannya ga bisa dibaca warnanya mati ma backgroundnya ,bikin mata sakit doank

    BalasHapus
  2. TUlisannya ga bisa dibaca warnanya mati ma backgroundnya ,bikin mata sakit doank

    BalasHapus